Parlemen waktu itu bersifat sementara (DPRS)
Tentu saja saya terima.
Seminggu berlalu saya b beliau lagi, dan saya katakan "Pak, saya ada pena Shaefers tetapi potlot (pensil) pasangannya tidak ada." Oh ya, jemput di rumah, biar si Thias punya sepasang Maka saya anggap pasangan pena itu "setengah haram setengah halal" Saya dosa, telah mengicuh Guru Gadang! Pak Natsir acap lupa soal yang kecil-kecil.
Satu hari pulan sidang kabinet, beliau ke kantor Masyumi.
Dasi beliau buka, dan disangkutkan di kursi.
Waktu pulang dasi warna biru tua itu tertinggal lalu saya simpan.
Besoknya saya ingatkan beliau.
"Si Thias ambil sajalah, di rumah banyak lagi," ujar beliau.
DI DEPAN PARA PIMPINAN MASYUM Hari itu saya tugas malam di redaksi harian Abadi, ketika kantor masih di Jalan Blora, Jakarta Pusat.
Dia menyuruh datang ke rumah Mr: Muljatno di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat.
Beliau waktu itu (1956-1957) Menteri Kehakiman dalam kabinet Alroemid (Ali Sastroamidjojo-Roem-Idham Chalid), sebuah kabinet koalisi parlementer Mr Ali Sastroamidjojo (PNI) Perdana Menteri dan wakil-wakilnya Mr.
Moh.
Roem Masyumi), dan K.H.
Idham Chalid (Nahdlatul Ulama).
Saya dapati sedang berlangsung coffee-break sidang ga- gan antara pimpinan partai, pimpinan fraksi di Parlemen, menteri-menteri Masyumi dalam kabinet tersebut.
Tampak hadir antara lain Prawoto, Burhanuddin Harahap, Sjafruddin Prawiranegara, Jusuf Wibisono.
Saya datang dengan pakaian dan 109 Beberapa Pengalaman Lapangan waktu-waktu saya bisa pergi ke instansi-instansi tersebut setiap diperlukan.
Parlemen waktu itu bersifat sementara (DPRS).
Para gotanya bukan hasil pemilu: sebagian besar para anggotanya KNIP (Komi berkedudukan di Yogyakarta, plus wakil negara-negara bagian ite Nasional Indonesia Pusat) yang sebelumnya ng bergabung dalam RIS (Republik Indonesia Serikat) Dalam badan legislatif ini, selain wakil-wakil partai, terdapat pula wakil golongan minoritas turunan Arab A.R.
Princen.
Parlemen ini mulanya diketuai oleh Mr Radjiman dan Sekjen Mr Roesli, orang awak.
Lalu Mr.
Sartono dari PNI (Partai Nasional Indonesia) terpilih jadi Ketua.
Wakil-wakil antara lain Zainal Abidin Ahmad Masyumi), dan Zainul Arifin (NU).
Para wakil rakyat pada waktu itu hidup amat sederhana.
Pergi dan pulang naik becak atau bergelantungan dalam tram dan bis, dua jenis kendaraan milik perusahaan BVM (Batavsche Verkeer Maatschappi), sekarang menjadi PPD (Perusahaan Pengangkutan Djakarta).
Seminggu berlalu saya b beliau lagi, dan saya katakan "Pak, saya ada pena Shaefers tetapi potlot (pensil) pasangannya tidak ada." Oh ya, jemput di rumah, biar si Thias punya sepasang Maka saya anggap pasangan pena itu "setengah haram setengah halal" Saya dosa, telah mengicuh Guru Gadang! Pak Natsir acap lupa soal yang kecil-kecil.
Satu hari pulan sidang kabinet, beliau ke kantor Masyumi.
Dasi beliau buka, dan disangkutkan di kursi.
Waktu pulang dasi warna biru tua itu tertinggal lalu saya simpan.
Besoknya saya ingatkan beliau.
"Si Thias ambil sajalah, di rumah banyak lagi," ujar beliau.
DI DEPAN PARA PIMPINAN MASYUM Hari itu saya tugas malam di redaksi harian Abadi, ketika kantor masih di Jalan Blora, Jakarta Pusat.
Parlemen waktu itu bersifat sementara (DPRS)
Dengan tiba-tiba saya ditelepon Adhi Thalib, stenografis sekaligus juru-ketik di kantor sekretariat Pimpinan Partai Masyumi.Dia menyuruh datang ke rumah Mr: Muljatno di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat.
Beliau waktu itu (1956-1957) Menteri Kehakiman dalam kabinet Alroemid (Ali Sastroamidjojo-Roem-Idham Chalid), sebuah kabinet koalisi parlementer Mr Ali Sastroamidjojo (PNI) Perdana Menteri dan wakil-wakilnya Mr.
Moh.
Roem Masyumi), dan K.H.
Idham Chalid (Nahdlatul Ulama).
Saya dapati sedang berlangsung coffee-break sidang ga- gan antara pimpinan partai, pimpinan fraksi di Parlemen, menteri-menteri Masyumi dalam kabinet tersebut.
Tampak hadir antara lain Prawoto, Burhanuddin Harahap, Sjafruddin Prawiranegara, Jusuf Wibisono.
Saya datang dengan pakaian dan 109 Beberapa Pengalaman Lapangan waktu-waktu saya bisa pergi ke instansi-instansi tersebut setiap diperlukan.
Parlemen waktu itu bersifat sementara (DPRS).
Para gotanya bukan hasil pemilu: sebagian besar para anggotanya KNIP (Komi berkedudukan di Yogyakarta, plus wakil negara-negara bagian ite Nasional Indonesia Pusat) yang sebelumnya ng bergabung dalam RIS (Republik Indonesia Serikat) Dalam badan legislatif ini, selain wakil-wakil partai, terdapat pula wakil golongan minoritas turunan Arab A.R.
Baswedan wakil minoritas Cina Siauw Giok Tjhan, dan wakil minoritas Eropa H.C.J
Baswedan wakil minoritas Cina Siauw Giok Tjhan, dan wakil minoritas Eropa H.C.J.Princen.
Parlemen ini mulanya diketuai oleh Mr Radjiman dan Sekjen Mr Roesli, orang awak.
Lalu Mr.
Sartono dari PNI (Partai Nasional Indonesia) terpilih jadi Ketua.
Wakil-wakil antara lain Zainal Abidin Ahmad Masyumi), dan Zainul Arifin (NU).
Para wakil rakyat pada waktu itu hidup amat sederhana.
Pergi dan pulang naik becak atau bergelantungan dalam tram dan bis, dua jenis kendaraan milik perusahaan BVM (Batavsche Verkeer Maatschappi), sekarang menjadi PPD (Perusahaan Pengangkutan Djakarta).